Oleh: Muhammad Abduh Negara
Orang seperti Deddy Corbuzier, Pandji Pragiwaksono, dan semisalnya, adalah orang-orang yang mendewakan konsep freedom of speech, kebebasan berbicara, dan di dunia Barat (yang menjadi acuan mereka), kebebasan bicara itu tidak ada batasnya. Batasnya hanya regulasi. Karena itu orang-orang ini akan selalu kritis terhadap regulasi yang mengarah pada pemidanaan orang-orang yang bicara apapun.
Dan bagi mereka, orang bebas berbicara, dan orang lain bebas juga untuk tidak sepakat, tapi tidak ada seorang pun yang berhak untuk memenjarakan orang karena kata-katanya, apalagi melakukan tindak kekerasan kepada orang yang berbicara tersebut. Dengan alasan inilah, mereka dulu membela Ahok saat didemo besar-besaran dan dipenjarakan, dan membela Ade Armando saat ini yang babak belur dihajar massa.
Dalam Islam, konsep freedom of speech ala Barat ini tidak ada. Kita diwajibkan berkata di atas landasan ilmu, العلم قبل القول والعمل, dan ilmu itu adalah kebenaran itu sendiri, معرفة الشيء على ما هو به في الواقع, pengetahuan akan sesuatu yang sesuai dengan fakta dan kebenarannya. Sedangkan tashawwurnya kita terhadap sesuatu yang bertentangan dengan fakta dan kebenarannya, itu disebut jahl murakkab.
Kemudian, Islam mengharamkan tersebarnya kekufuran dan kesesatan di tubuh umat Islam. Karena itu, orang yang murtad dan zindiq, hukumannya dalam peradilan Islam adalah hukuman mati, lebih-lebih jika mereka menjadi penyeru kekufuran dan kezindiqan tersebut. Selain qadhi yang bertugas menghukum para penyebar kesesatan ini, para ulama pun ikut andil, dengan menjelaskan kesesatan mereka dan mengingatkan umat akan bahaya mereka dan menjelaskan kewajiban umat Islam menjauhi pemahaman sesat dan para penyerunya.
Dalam negara yang dibangun di atas landasan Al-Qur’an dan As-Sunnah, secara teori, tidak ada ruang untuk menyebarkan paham sesat, apalagi menjadi penyokong utamanya. Meski kadang dalam praktik, tidak seideal teorinya. Sebaliknya, negara yang sejak awal dibangun di atas landasan pemisahan agama dari kehidupan (فصل الدين عن الحياة), seperti di Barat sana dan juga para pengekornya, kesesatan dianggap tidak ada, karena semuanya relatif, tidak ada kebenaran mutlak.
Tidak ada kebenaran mutlak, berarti setiap orang boleh mengekspresikan apapun yang dia inginkan, atau yang dianggap benar atau baik olehnya, dan orang lain tidak berhak untuk menghukumnya karena hal itu. Karena itu, kebebasan menjadi hal yang dijunjung tinggi oleh mereka, termasuk kebebasan berbicara apa saja.
Ini sudah beda nilai. Beda asas. Beda worldview. Beda manhaj dalam kehidupan. Dan sampai kapanpun, haq dan batil akan selalu berlawanan.
Dan ingat, para pendakwah freedom of speech ini banyak sekali, baik dari kalangan influencer, stand up comedian, pelaku seni, akademisi, aktivis, dan lain-lain, bahkan mungkin ada oknum anak pengajian dan aktivis organisasi keislaman yang juga menjadi mubalighnya. Mereka begitu semangat menyuarakan dukungan terhadap freedom of speech di berbagai media, seminar, kelas kuliah, forum diskusi, dan lain-lain. Kalau mereka begitu semangat menyeru pada kebatilan, maka penyeru kebenaran Islam harus lebih semangat lagi.
Leave a Reply