Meniti Jalan Para Ulama - Blog Pribadi Muhammad Abduh Negara

Fikrah

Bagaimana Cara Kita Menyikapi Sosok Habib Riziq Syihab Dan Semisalnya?

Oleh: Muhammad Abduh Negara

Imam Qatadah rahimahullah adalah seorang ulama salaf yang disebut terkena paham qadariyyah (yang dianggap telah menyimpang dari manhaj lurus ahlus sunnah), namun para ulama tetap menganggap beliau tsiqah dan diambil ilmunya.

Imam Al-Hasan Al-Bashri rahimahullah, salah seorang pembesar tabi’in, adalah seorang yang tertuduh mentadliskan hadits, sehingga riwayat beliau secara ‘an’anah dianggap lemah (saya tidak sedang ingin membahas dan merincikan bab tadlis ini). Namun, tetap saja beliau dianggap imamnya para tabi’in, yang sangat dikenal kealiman dan kewara’annya.

Dalam kitab Raf’ul Malam ‘Anil Aimmatil A’lam, Syaikhul Islam Taqiyuddin Ibnu Taimiyyah rahimahullahu ta’ala, menyebutkan beberapa alasan sebagian ulama mengeluarkan pendapat yang menyelisihi As-Sunnah. Sembari menegaskan bahwa yang harus diikuti adalah As-Sunnah, beliau pun memberikan ‘pemakluman’ terhadap kesalahan para ulama ini, sekaligus menjaga kehormatan mereka sebagai ulama. Bagi mereka, yang layak adalah pemakluman, bukan celaan, meskipun ‘kritik ilmiah’ terhadap pendapatnya tetap perlu dilakukan.

***

Saya di sini, tidak sedang ingin menyamakan Habib Riziq atau asatidz lainnya, dengan Imam Qatadah, Imam Hasan Al-Bashri atau aimmah lainnya. Tetap ada jarak antara kualitas mereka (ilmu, wara’, taqwa, dan lain-lain) yang sekarang dengan mereka yang dulu. Sekali lagi, ini bukan penyamaan, melainkan pengambilan pelajaran saja.

Para du’at seperti Habib Riziq dan asatidz lainnya, sudah masyhur di tengah kita, memiliki berbagai kebaikan bagi umat. Hal yang tak seharusnya diingkari oleh siapapun yang punya akal, hati, mata dan telinga. Di samping itu, sebagai manusia, apalagi manusia zaman sekarang, mereka tentu juga punya banyak kekurangan, baik kekurangan ilmu maupun kekurangan di sisi yang lain.

Maka, mungkin sikap yang telah ditunjukkan oleh salafunash shalih, bisa pula kita terapkan saat ini. Hal yang salah dan keliru, tetap kita anggap salah dan keliru. Namun itu tak boleh membuat kita bersikap tak adil, sampai-sampai tak mau mengapresiasi berbagai kebaikan yang mereka telah lakukan.

Apresiasi, hormati, dukung kebaikan mereka, sembari menghindari sikap ghuluw dan berlebih-lebihan terhadap mereka. Jika mereka salah, akui salah. Jika mereka benar, akui benar.

Leave a Reply