Oleh: Muhammad Abduh Negara
Allah tabaraka wa ta’ala berfirman:
وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا
Artinya: “Dan berpeganglah kalian semuanya pada tali Allah, dan janganlah kalian berpecah-belah.” (QS. Ali ‘Imran [3]: 103)
Imam Qatadah rahimahullah –sebagaimana dikutip oleh Imam Ath-Thabari rahimahullah di kitab Tafsirnya– menyatakan maksud ‘tali Allah’ di ayat ini adalah Al-Qur’an. Ada juga yang menafsirkannya dengan perjanjian (dengan Allah), diin, dan Islam. Menurut Syaikh Wahbah Az-Zuhaili rahimahullah dalam At-Tafsir Al-Munir, semuanya itu menunjuk hal yang sama.
Az-Zuhaili menyatakan ayat ini berisi perintah untuk berpegang teguh pada Al-Qur’an dan perjanjian yang telah dibuat Allah ta’ala untuk manusia, serta larangan berpecah-belah selamanya. Ayat ini juga berisi perintah untuk komitmen pada persatuan, dengan landasan ketaatan pada Allah ta’ala.
Al-Maraghi rahimahullah dalam Tafsirnya menyatakan bahwa tali Allah ini adalah jalan-Nya yang lurus. Sebagaimana firman-Nya:
وَأَنَّ هَذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ وَلَا تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ
Artinya: “Sesungguhnya (yang Kami perintahkan ini) adalah jalan-Ku yang lurus. Maka ikutilah dia, dan janganlah kalian mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kalian dari jalan-Nya.” (QS. Al-An’am [6]: 153)
Selain menjelaskan bahwa tali Allah adalah jalan-Nya yang lurus, ayat di atas juga menjelaskan bahwa yang membuat berpecah-belah adalah jalan-jalan selain jalan-Nya. Menurut Al-Maraghi, salah satu dari jalan-jalan yang membuat bercerai-berai ini adalah fanatisme kebangsaan. Fanatisme inilah yang membuat suku ‘Aus dan Khazraj di masa lalu berperang. Fanatisme semacam ini jugalah yang dipilih oleh orang-orang Eropa di masa sekarang.
Sayangnya, sebagaimana disebutkan oleh Al-Maraghi, fanatisme semacam ini kemudian dibawa oleh bangsa Eropa ke negeri-negeri Islam. Hingga, kaum muslimin kemudian berbangga dengan bangsa dan tanah airnya masing-masing. Hingga orang-orang Turki menyeru pada fanatisme bangsa Turki. Demikian pula orang-orang Mesir, Irak dan lainnya. Mereka mengira kebangkitan itu bisa didapatkan melalui fanatisme semacam ini, padahal itu tidak benar.
Kebangkitan yang hakiki, kejayaan yang kita idam-idamkan, hanya akan terwujud ketika kita bersatu dalam ketaatan kepada Allah. Berpegang teguh pada diinul Islam, Al-Qur’an dan As-Sunnah, dan menjauhi semua jalan selain jalan yang dituntunkan oleh Allah ta’ala. Jalan-jalan selain jalan yang digariskan Allah ta’ala bukanlah jalan menuju kebangkitan, kejayaan dan persatuan, malah ia sebenarnya yang menyebabkan kita berpecah-belah.
Wallahu a’lam bish shawab.
Leave a Reply