Oleh: Muhammad Abduh Negara
Syaikh Bin Baz menjawab:
لا حرج في تكليم المرأة للرجل من طريق الهاتف إذا كان في مصلحة شرعية، أو أمر مباح كالسؤال عن العلم، أو سؤاله عن مريض، أو سؤاله عن صحته، أو عن شيء مهم، لا بأس بذلك.
أما إذا كانت المكالمة لمغازلة كما يقولون، ولأسباب الفتنة، والدعوة إلى الفاحشة، أو ما يجر إلى الفاحشة، هذا لا يجوز.
Artinya:
“Tidak masalah seorang laki-laki berbicara dengan perempuan non mahram via telepon, jika dalam pembicaraan itu terdapat maslahat yang syar’i, atau dalam perkara mubah seperti bertanya soal agama, atau bertanya tentang orang yang sakit, atau bertanya tentang kesehatannya, atau tentang perkara lain yang penting. Hal itu boleh-boleh saja.
Tapi jika tujuannya untuk saling merayu, atau hal-hal yang mendatangkan fitnah (potensi terjatuh pada keharaman), dan ajakan melakukan perbuatan zina atau mengarah pada zina, ini tidak boleh.
Sumber: Fatwa no 15167, di situs resmi Syaikh Bin Baz.
Catatan saya:
1. Pada dasarnya, hukum laki-laki berbicara dengan perempuan non mahram, via telepon, internet, inbox facebook, chat WA, DM Instagram, dan lain-lain, tidak sama dengan hukum khalwat (berduaan) antara laki-laki dan perempuan non mahram.
Karena khalwat itu bertemu fisik, dan potensi mengarah zina atau hal-hal keji lainnya sangat besar. Bahkan meskipun pelaku khalwat beralasan thalabul ‘ilm, minta fatwa, minta ruqyah, dll.
Sedangkan komunikasi via telepon dan internet itu, tidak bertemu fisik. Jadi, hukumnya beda.
2. Karena itu, sebagaimana yang dijelaskan Syaikh Bin Baz, hukum telepon (serta: chat), ini tergantung apa yang dibicarakan, ada tidaknya potensi fitnah, serta pertimbangan maslahat dan mafsadatnya.
3. Berkaitan poin 2, maka diperlukan ketakwaan dan mawas diri dari masing-masing pihak yang melakukannya. Kalau memang ada tujuan tersembunyi yang tidak baik, atau dia sendiri tidak percaya dirinya mampu menahan diri dari hal-hal yang buruk, maka sebaiknya menghindarinya. Pada kondisi ini, tepat dikatakan untuknya:
استفت قلبك
Leave a Reply