Oleh: Muhammad Abduh Negara
Ada dua sikap ekstrim yang perlu kita hindari:
1. Mengolok-olok dan merendahkan tokoh agama, ustadz, kiyai, syaikh, yang berbeda afiliasi dengan kita.
Ini lumayan sering saya temui di dunia maya. Warganet afiliasi A mengolok-olok dan merendahkan ustadz fulan, meremehkan keilmuannya, bahkan kadang dengan memplesetkan namanya. Sebaliknya, warganet afiliasi B juga melakukan hal yang sama pada kiyai ‘allan.
Ini jelas sikap yang buruk, termasuk mencela sesama muslim yang dikecam oleh Islam, dan jelas tidak ada faidah ilmiahnya sama sekali, dan ujungnya mempertajam permusuhan dan pertikaian sesama muslim.
2. Menjadikan pendapat, kalam, dan dawuh ustadznya, syaikhnya, kiyainya, sebagai standar kebenaran. Tidak boleh ada yang menyelisihinya. Yang menyelisihi, layak dicela dan direndahkan.
Lisanul maqal mereka mungkin akan berucap, “Oh kami tidak menjadikan guru panutan kami sebagai standar kebenaran.” Tapi lisanul hal mereka menunjukkan sebaliknya. Saat ada yang mengkritisi pendapat gurunya, cepat sekali dia naik pitam dan mencela orang yang mengkritik tersebut, tanpa menimbang lebih dulu, kritik tersebut ilmiah atau tidak.
Dua sikap ekstrim ini wajib dihindari. Orang yang berilmu, dan zhahirnya istiqamah dalam ketaatan, harus dihormati dan diberi kedudukan yang selayaknya. Namun di sisi lain, mereka bukan standar kebenaran, dan tidak haram mengkritik pendapat atau pernyataan mereka, selama dasar kritiknya kuat.
Leave a Reply