Meniti Jalan Para Ulama - Blog Pribadi Muhammad Abduh Negara

Fikrah

Jangan Anti dengan Pengobatan Modern!

Oleh: Muhammad Abduh Negara

Dalam ilmu syar’i, orang yang hidup dekat dengan masa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lebih berilmu dibandingkan orang yang hidup di masa setelahnya, apalagi di masa sekarang, karena sumber ilmu Syar’i adalah Al-Qur’an dan As-Sunnah, dan orang yang hidup di masa yang dekat dengan turunnya Al-Qur’an dan disampaikannya Hadits, apalagi semasa dengannya, lebih mudah memahami keduanya dibandingkan di masa setelahnya.

Sedangkan dalam ilmu dunia, yang sumber utamanya pengamatan dan penelitian, pengetahuan di masa sekarang relatif jauh lebih tinggi dan lebih baik dibandingkan masa sebelumnya. Hal ini karena proses penelitian yang senantiasa berlangsung dan berkesinambungan, membuat hasil penelitian semakin baik dan semakin valid. Juga, semakin canggihnya alat yang digunakan, bisa mengurangi resiko kesalahan dalam penelitian.

Sebagai contoh, dalam ilmu kedokteran, banyak penyakit yang di masa lalu dianggap mematikan, dengan ilmu kedokteran modern -dengan izin Allah ta’ala- mudah disembuhkan. Bahkan beberapa pendapat fiqih yang dilahirkan dari metode istiqra di masa lalu, bisa dikritisi di masa sekarang dengan pengetahuan standar dalam dunia kedokteran, semisal batas maksimal kehamilan 4 tahun, atau cara membedakan darah haid dan istihadhah, dan lain-lain.

Karena itu, sikap memusuhi ilmu dunia -yang tidak bertentangan dengan prinsip ajaran Islam-, atau anti terhadap pengembangan keilmuan mutakhir, misalnya anti kedokteran modern atau menjauhinya dan menggantinya total dengan pengobatan alternatif yang belum teruji secara ilmiah, adalah sikap anti ilmu pengetahuan. Bahkan juga sikap yang menyelisihi petunjuk Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang ilmu dunia, أنتم أعلم بأمر دنياكم (Kalian lebih mengetahui urusan dunia kalian) [HR. Muslim].

Apalagi jika pengobatan alternatif tersebut disisipi “otak atik ghatuk” dari Ayat-Ayat Al-Qur’an, dihubung-hubungkan dan dicari “inspirasinya” dari Ayat Al-Qur’an, tanpa mengikuti kaidah Tafsir yang mu’tabar, maka ini jelas lebih buruk lagi. Wal ‘iyadzu billah.

Leave a Reply