Meniti Jalan Para Ulama - Blog Pribadi Muhammad Abduh Negara

Fikrah

Kontribusimu Sendiri Untuk Islam, Apa?

Oleh: Muhammad Abduh Negara

Saya tak sepakat, jika sebuah kritik atas kesalahan seorang da’i atau suatu komunitas dakwah, kemudian ditanggapi:

“Kontribusimu sendiri untuk dakwah Islam, apa?”

Seakan, karena si pengkritik dinilai lebih sedikit kontribusinya dibandingkan yang dikritik, lalu kritik tersebut menjadi haram hukumnya. Kaidah dari mana ini?

Padahal, dalam konteks amar ma’ruf nahi munkar, poin yang penting untuk diperhatikan (di antaranya) adalah, yang melakukannya paham bahwa sesuatu itu benar-benar munkar, dan bukan perkara khilafiyyah. Juga, aktivitas nahi munkar tersebut tak boleh melahirkan kemunkaran serupa, atau lebih besar. Tidak ada syarat, yang mengkritik harus lebih segala- galanya dari yang dikritik.

Lagi pula, jika bicara kontribusi untuk dakwah Islam, saya meyakini masing-masing pihak yang punya usaha dakwah, semuanya punya kontribusi kebaikan. NU punya kontribusi, Muhammadiyah punya kontribusi, JT punya kontribusi, Jamaah Tarbiyah punya kontribusi, HT punya kontribusi, Salafi juga punya kontribusi. Kelompok-kelompok lain pun, yang tak mungkin saya sebutkan semua, juga punya kontribusi.

Demikian pula, KH. Ma’ruf Amin punya kontribusi, Prof. Amien Rais punya kontribusi, Ust. Abdul Somad punya kontribusi, Ust. Adi Hidayat punya kontribusi, Ust. Hanan Attaki punya kontribusi, Dr. Firanda punya kontribusi, dan da’i-da’i lainnya, yang tak saya sebutkan namanya pun punya kontribusi. Bahkan seorang guru belajar iqra yang hanya punya murid 1-2 orang, juga punya kontribusi untuk dakwah Islam.

Tak layak bagi kita yang terlibat dalam dunia dakwah, menilai kontribusi seseorang untuk dakwah Islam, apalagi meremehkan dan merendahkannya.

Karena itu, saat bicara kesalahan dan kritik atas kesalahan tersebut, fokus saja pada isi kritik. Jika kritik itu benar, silakan dukung. Jika kritik itu terbukti salah, silakan kritik balik. Jika bingung, silakan diam. Sesederhana itu saja.

Leave a Reply