Oleh: Muhammad Abduh Negara
Akad ditinjau dari bisa tidaknya difasakh (dibatalkan) oleh salah satu pihak, terbagi menjadi tiga, yaitu:
1. Akad yang bisa difasakh oleh dua belah pihak, dan ia ada sepuluh, yaitu:
(a) Wakalah (perwakilan).
(b) Wadi’ah (titipan).
(c) ‘Ariyah (pinjaman barang untuk dimanfaatkan, tanpa menghilangkan fungsi atau menghabiskan manfaat barang tersebut).
(d) Hibah (pemberian cuma-cuma) sebelum serah terima.
(e) Syarikah (kerjasama bisnis).
(f) Ji’alah (sayembara).
(g) Qiradh (kerjasama modal dan usaha).
(h) Musabaqah (perlombaan).
(i) Rahn (gadai) sebelum serah terima.
(j) Wasiat.
2. Akad yang boleh difasakh oleh satu pihak, dan tidak boleh difasakh oleh pihak yang lain, ada enam, yaitu:
(a) Rahn setelah serah terima, ia menjadi akad lazim (tidak boleh difasakh) bagi rahin (pihak yang menggadaikan barang), dan akad jaiz (boleh fasakh) bagi murtahin (pihak yang menerima barang gadai).
(b) Dhaman (penjaminan), menjadi akad lazim bagi dhamin (penjamin), dan akad jaiz bagi madhmun lahu (orang yang berutang yang dibantu jaminannya).
(c) Jizyah (upeti yang diberikan orang kafir kepada penguasa muslim untuk menjamin keamanannya di negara Islam), menjadi akad lazim bagi imam (penguasa), dan akad jaiz bagi orang kafir yang membayar jizyah.
(d) Aman (pemberian jaminan keamanan), menjadi akad lazim bagi muslim, dan akad jaiz bagi si kafir.
(e) Kitabah (kesepakatan pembebasan budak, jika si budak bisa membayar jumlah tertentu untuk pembebasan dirinya), merupakan akad lazim bagi tuan pemilik budak, dan akad jaiz bagi si budak.
(f) Hibah dari ashl (orangtua) pada far’u (anak keturunan) setelah serah terima, ia menjadi akad lazim bagi anak keturunan, dan akad jaiz bagi orangtua.
3. Akad yang tidak boleh difasakh oleh dua belah pihak, dan ia ada sepuluh, yaitu:
(a) Ijarah (sewa jasa atau barang).
(b) Khulu’ (perceraian dengan kompensasi dari pihak istri).
(c) Musaqah (kerjasama pengelolaan perkebunan).
(d) Wasiat setelah kematian pemberi wasiat.
(e) Jual beli.
(f) Nikah.
(g) Shulh (penghentian persengketaan).
(h) Hawalah (pemindahan utang).
(i) Hibah setelah serah terima untuk selain anak keturunan.
(j) Salam (jual beli pesanan dengan lafazh salam atau salaf).
Wallahu a’lam.
Rujukan: At-Taqrirat As-Sadidah, Qism Al-Buyu’ Wa Al-Faraidh, karya Syaikh Hasan bin Ahmad Al-Kaf, Halaman 32-34, Penerbit Dar Al-Mirats An-Nabawi, Hadramaut, Yaman.
Leave a Reply