Oleh: Muhammad Abduh Negara
Menurut Syafi’iyyah, jama’ shalat (menggabungkan dua shalat fardhu dalam satu waktu) saat safar hukumnya hanya “boleh”. Yang afdhal, tidak jama’ shalat, keluar dari khilaf Abu Hanifah, yang tidak membolehkan jama’ shalat, kecuali antara zhuhur dan ‘ashar di waktu zhuhur pada saat berada di ‘Arafah, serta antara maghrib dan ‘isya di waktu ‘isya saat berada di Muzdalifah.
Namun saat haji, jama’ shalat di ‘Arafah dan Muzdalifah lebih utama. Ia dianjurkan, mengikuti contoh dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Menurut pendapat yang azhhar, sebab jama’-nya adalah safar, bukan ibadah haji. Namun An-Nawawi menshahihkan sebabnya adalah ibadah Haji.
Wallahu a’lam.
Rujukan: Al-Mu’tamad Fi Al-Fiqh Asy-Syafi’i, karya Dr. Muhammad Az-Zuhaili, Juz 1, Halaman 477, Penerbit Dar Al-Qalam, Damaskus, Suriah.
Leave a Reply