Oleh: Muhammad Abduh Negara
Sejak kecil sekali, saya diajari untuk bertindak dan menimbang sesuatu berdasarkan sudut pandang Islam. Alhamdulillah, tak pernah terkena syubhat pemisahan agama dari kehidupan. Hanya saja, wawasan keislaman memang terus berkembang dan berubah, dan hal itu wajar saja sebenarnya.
Saat terjebak masuk kampus Universitas Lambung Mangkurat (dulu disingkat UNLAM, sekarang ULM), saya menemukan suasana yang membuat sudut pandang saya tersebut semakin mengkristal. Oh ya, saya katakan “terjebak” masuk UNLAM, karena sejak kecil saya tak pernah masuk lembaga pendidikan formal non-agama, tahu-tahu malah saat kuliah masuk ULM, jurusan Biologi pula. Sempat saya berharap tak lulus tes PMDK saat itu, agar bisa masuk IAIN (sekarang UIN) sesuai minat saya sebenarnya. Tapi qaddarallah, saya lulus tes, dan resmi jadi mahasiswa ULM. Meskipun, yang kenal saya tentu tahu, saya tak pernah menjadi alumni ULM, meskipun kuliah sampai 6 tahun. Hehe…
Karena masuk kampus yang tidak mendalami bidang studi Islam, saya akhirnya mencari kajian Islam di organisasi keislaman kampus. Dan ketemu lembaga dakwah kampus, yang melalui perantaraan lembaga dakwah kampus tersebut, saya kenal, lalu aktif di Hizbut Tahrir (HT). Dari HT, saya semakin dikuatkan untuk berpikir dan bertindak sesuai sudut pandang Islam. Semua laku dan pikir harus ditimbang dengan sudut pandang Islam, tidak dari sudut pandang lain.
Saat ini, saya sudah berstatus DO dari HT, namun ada satu hal yang sangat membekas dan memberi atsar bagi saya, yaitu pola sikap dan pola pikir harus lahir dari sudut pandang Islam. Setiap keluaran (baca: DO) HT, terutama yang cukup lama aktif di HT, biasanya tetap mendapatkan dan mempertahankan sebagian pengaruh dari HT, meskipun bisa jadi banyak pendapat HT yang sudah tak mereka terima.
Ada yang terpengaruh gagasan aqidah yang diajukan HT, yang mungkin dianggap ‘lebih hidup’ dibandingkan kajian ala mutakallimin. Ada yang terpengaruh gagasan “mencari pendapat yang terkuat dalilnya”. Ada yang terpengaruh perjuangan Khilafah dan thariqah dakwahnya, sehingga meski keluar dari HT, ia tetap menganggap thariqah dakwah hasil ijtihad pendiri HT, tetap yang paling tepat. Dan seterusnya.
Saya sendiri, sebagaimana saya katakan di atas, paling memegang prinsip, “Semua harus dilihat dari sudut pandang Islam”. Pendapat-pendapat HT bisa jadi mungkin akan saya tinggalkan, karena saya mendapatkan pengayaan wawasan dari sumber lain. Namun, saya secara prinsip, tidak akan tertarik pada gagasan yang tidak mu’tabar dalam Islam, apalagi ide yang jelas-jelas lahir dari rahim di luar pandangan alam Islam.
Dengan sudut pandang inilah saya menilai sesuatu. Saat melihat perbedaan pendapat dalam fiqih, saya akan mengajak tasamuh (toleransi dan saling berlapang dada) pada perbedaan pendapat yang memang ulama bertasamuh terhadapnya. Sebaliknya, saya akan tegas pada pemikiran menyimpang, yang dinyatakan oleh para ulama memang menyimpang.
Saat menyikapi berbagai tema pun, saya selalu menggunakan sudut pandang ini. Semampu saya. Sebatas pengetahuan saya. Tidak ada ruang untuk sudut pandang dari luar Islam.
Saya juga tak pernah melandasi pendapat saya dari kubu-kubuan kelompok, mau harakah, afiliasi politik, tokoh, dll, karena setahu saya, cara semacam itu merupakan sikap fanatisme buta (ta’ashshub) yang tercela. Prinsip saya, kalau salah menurut sudut pandang Islam, maka ia salah, siapapun yang menyatakannya. Kalau benar menurut sudut pandang Islam, maka ia benar, siapapun yang menyatakannya. Pada konteks inilah, ungkapan “unzhur maa qaala wa laa tanzhur man qaala” berlaku.
Saat berdiskusi pun juga begitu. Saya tak akan ngotot kalau saya jelas-jelas salah. Jika pun saya tak langsung mengakui saya salah, minimal saya tak akan ngotot lagi. Namun, saya harus diberi pandangan dari sudut pandang Islam, dari pendapat ulama yang mu’tabar, yang menunjukkan bahwa pemahaman atau pendapat saya sebelumnya itu keliru. Namun, jika bantahan yang diberikan ke saya pakai sudut pandang di luar Islam, pakai perasaan saja (tanpa bimbingan ilmu), saya tak akan menggubrisnya.
Leave a Reply