Oleh: Muhammad Abduh Negara
Ada dua sikap yang tidak atau kurang tepat terkait kalimat takbir. Yang pertama, mengucapkan takbir pada tempat yang tak seharusnya. Misal saat mendengarkan materi ceramah yang isinya hanya marah-marah atau maki-maki atau berisi hoax, diiringi dengan pekikan takbir berulang kali. Ini merendahkan kalimah thayyibah tersebut, dan membuat kesan seakan dakwah Islam isinya hanya maki-maki dan penyebaran hoax. Lebih parah lagi, jika takbir dipekikkan berulang-ulang, padahal yang “ceramah” adalah non-muslim semisal Rocky Gerung.
Yang kedua, biasanya adalah pihak yang memposisikan diri bertolak belakang 180 derajat dari pihak pertama. Namun karena tidak bersikap inshaf, dan terbiasa di lingkungannya mencandakan hal-hal yang sensitif, termasuk terkait agama, akhirnya jatuh pada sikap ekstrim, bahkan lebih parah dari pihak pertama. Ungkapan-ungkapan hinaan seperti monaslimin dan semisalnya begitu ringan keluar dari lisan dan tulisan mereka. Termasuk olok-olok terhadap kalimat takbir, dengan menyebut atau menulisnya dengan “take beer”.
Biasanya ini disebabkan hilangnya sikap adil, mudah merendahkan pihak lain, dan bisa jadi menganggap kebenaran hanya ada pada mereka, yang lain tidak paham agama sama sekali dan salah total. Alih-alih meluruskan kesalahan pihak pertama dengan cara yang baik, yang ada malah mencandakannya secara berlebih-lebihan, yang membuat mereka jatuh pada kesalahan yang lebih berat.
Wallahul musta’an.
Leave a Reply