Oleh: Muhammad Abduh Negara
Kalau anda memperhatikan, urutan kitab fiqih Syafi’i yang perlu dipelajari oleh seorang pelajar, itu berbeda-beda di tiap negara, tiap masyayikh, dan tiap pesantren, karena memang tidak ada panduan baku dalam hal ini, semua sesuai pengalaman dan pertimbangan dari masing-masing, yang tentu sangat subjektif.
Yang sama adalah, bahwa level pembelajaran itu ada tiga:
1. Level pemula
2. Level pertengahan
3. Level akhir
Dan untuk setiap level, ada target yang berbeda. Level pemula, fokus untuk merangkum dan memahami berbagai masail pokok dari fiqih Syafi’i, semisal rukun shalat apa saja, dst. Level pertengahan, sudah masuk berbagai perincian persoalan dan mulai dikenalkan dalil dan ta’lil dasar. Level akhir, sudah mendalami dalil dan ta’lil, sekaligus kritik pada argumen mukhalif.
Maka tepat anjuran banyak orang, bahwa yang lebih penting bukanlah memilih kitab ini dan itu, tapi menemukan guru mutqin yang bisa mengajar fiqih Syafi’i pada tiap levelnya. Dan bagi orang yang memiliki kecerdasan di atas rata-rata, tidak masalah membaca dan menelaah sendiri berbagai kitab fiqih Syafi’i yang sesuai dengan levelnya, sembari tetap belajar pada gurunya.
Yang tidak boleh dilakukan adalah, mengajar santri pemula dengan materi untuk level menengah, apalagi level akhir, karena itu bisa membuatnya muntah-muntah… Demikian juga, sang pelajar harus tahu levelnya sendiri, dan tidak mengikuti majelis yang tidak sesuai levelnya, karena itu hanya akan membingungkannya, dan membuatnya tidak mendapatkan faidah dari pembelajarannya. Dikecualikan mungkin, orang yang kecerdasannya sangat tinggi.
Dan kembali lagi, tujuan anda belajar bukanlah memperbanyak daftar guru, atau memperbanyak daftar kitab yang dikhatamkan, lalu ditulis di CV untuk dibangga-banggakan, padahal ilmunya tidak ada. Tujuan anda adalah mencapai target pembelajaran sesuai level anda, sebagaimana saya sebutkan di atas, atau semisalnya.
Leave a Reply