Oleh: Muhammad Abduh Negara
Waham, merasa diri telah tahu banyak, merasa diri telah tercerahkan saat mayoritas orang berada dalam kegelapan, merasa diri telah berada pada kelompok yang terpilih saat banyak orang masih tersesat, ini seringkali dialami oleh orang yang baru ngaji, baru ikut kelompok atau afiliasi yang menarik hatinya.
Saya dulu pernah mengalami itu, saat gabung dengan harakah yang sekarang saya tinggalkan. Saya juga melihat hal itu, pada junior-junior saya yang gabung di harakah yang sama. Saya juga melihat hal itu, pada kenalan dan kerabat saya, yang gabung dengan pengajian A, afiliasi B, dst.
Ini jelas adalah waham, karena berbagai pengajian dan kelompok itu, hanyalah wasilah kita untuk belajar Islam dan/atau dakwah, bukan “kelompok terpilih” yang pasti benar, wajib diikuti dan menjadi standar kebenaran.
Jika dulu Imam Malik dan salafuna lainnya, menyatakan, setiap orang bisa diambil dan ditinggalkan perkataannya, setiap orang bisa benar dan bisa salah pendapat dan sikapnya, maka kita katakan, demikian juga setiap kelompok, afiliasi dan pengajian yang ada saat ini.
Jadi, jika anda sedang aktif di kelompok tertentu, atau menjadi pengikut ustadz tertentu, menjadi pendengar radio, tv dan channel youtube tertentu, menjadi jamaah masjid tertentu, silakan saja, ambil faidah di sana, namun camkan betul-betul, bahwa di luar kelompok, pengajian dan afiliasi anda, juga ada kebenaran, dan kelompok, pengajian dan afiliasi anda juga bisa salah.
Dan camkan juga, meski anda telah bertahun-tahun aktif di kelompok tertentu, menisbatkan diri pada afiliasi tertentu, ikut hadir di pengajian tertentu, anda tetaplah awam yang jahil ilmu agama, jika penguasaan anda terhadap berbagai cabang ilmu syar’i, baik ilmu ghayah maupun ilmu alat, tidak ada peningkatan signifikan.
Leave a Reply