Meniti Jalan Para Ulama - Blog Pribadi Muhammad Abduh Negara

Fikrah

Apa Hujjah Anda yang Menganggap Syaikh Fulan Selalu Benar?

Oleh: Muhammad Abduh Negara

Saya banyak istifadah dari karya-karya Syaikh Yusuf Al-Qaradhawi, baik dari kitab-kitab beliau, berbagai artikel yang beliau tulis, dan rekaman muhadharah beliau, dan saya akui, secara fiqih saya banyak terpengaruh dengan beliau.

Namun saya sama sekali tidak terdorong menjadikan beliau sebagai timbangan kebenaran, tokoh yang harus selalu diikuti, dan hal-hal yang semisalnya.

Pembacaan saya terhadap karya beliau, adalah dengan cara istifadah yang kritis, berusaha mendapatkan berbagai mutiara yang beliau sampaikan, sekaligus meninggalkan kotoran yang mungkin saja ikut terbawa, khudz maa shafaa wa da’ maa kadara.

Sebagai contoh, saya tidak mengikuti pendapat beliau tentang bolehnya bersalaman laki-laki dan perempuan non-mahram, selama tanpa syahwat. Atau fatwa bolehnya pekerja berat tidak puasa sejak pagi.

Saya juga tidak memahami demokrasi sebagaimana yang beliau pahami. Meski saya juga mengikuti pendapat bolehnya terlibat dalam pemilu demokrasi, jika itu ditujukan untuk memperjuangkan Islam atau minimal menjauhkan umat Islam dari dharar yang lebih besar.

Beliau ulama besar, ahli fiqih besar di zaman sekarang, dan tidak ada yang meragukannya kecuali orang yang jahil atau orang yang fanatik buta pada kelompoknya sendiri. Tentu bodoh sekali kalau saya tidak mau istifadah dari karya-karya dan ilmu beliau, padahal kesempatan untuk mendapatkannya mudah. Namun, kita mengambil faidah, bukan menjadi fans yang selalu mengiyakan apa saja yang beliau sampaikan. Dan yang saya pahami, inilah adab yang benar pada ulama.

Dan dengan kadar yang berbeda-beda, ini juga yang saya lakukan pada ulama manapun, selama dia memang seorang ulama, bukan orator yang diberi jubah ulama. Kita istifadah dari ilmu mereka, mengumpulkannya sampai ilmu itu menjadi matang di diri kita, kemudian kita pilih dan pilah, mana yang layak diambil, dan mana yang perlu ditinggalkan. Kullun yu’khadzu min qaulihi wa yuraddu.

Kalau anda, apa hujjah anda untuk menjadikan satu orang ulama sebagai timbangan kebenaran? Apakah turun wahyu pada anda, yang mengatakan bahwa syaikh fulan atau syaikh ‘allan itu selalu benar?

Leave a Reply