Meniti Jalan Para Ulama - Blog Pribadi Muhammad Abduh Negara

Fikrah

Kesalahan Yang Terpublikasikan Secara Luas, Layak Dikritisi Secara Terbuka

Oleh: Muhammad Abduh Negara

Saat saya mengkritisi kesalahan seorang da’i melalui status FB, itu bukan karena saya merasa lebih baik dari da’i tersebut. Sangat mungkin, ketidaktahuan dan kesalahan saya saat mengajar agama lebih banyak. Hanya saja, kesalahan yang terpublikasi luas dan ditelan mentah-mentah oleh ratusan ribu bahkan jutaan orang yang mendengarkan, tentu berbeda dengan kesalahan yang “hanya” tersampaikan kepada 5 atau 10 orang.

Kesalahan yang tersampaikan kepada 10 orang, jika kita sadar akan kesalahan tersebut, tinggal kita klarifikasi dan jelaskan ke 10 orang tersebut saja. Tak perlu dipublikasi secara luas.

Beda halnya dengan kesalahan yang tersebarkan secara luas, diakses oleh ratusan ribu bahkan jutaan pendengar, tentu tak cukup hanya diklarifikasi ke segelintir orang saja. Ia perlu dijelaskan ke banyak orang, sebisa mungkin ke semua orang yang menelan mentah-mentah kesalahan tersebut sebelumnya.

Inilah alasan, kritik atas kesalahan yang tersebar luas, perlu terpublikasi secara luas juga. Agar orang-orang bisa mengetahui kebenaran dan tidak terus-terusan menerima kesalahan tersebut dan mengira ia kebenaran.

Terlebih lagi, jika sang da’i sudah disikapi secara ghuluw oleh sebagian orang, menganggapnya memiliki ilmu seluas samudera, tak mungkin keliru, tak ada yang lebih alim darinya, dan semisalnya. Maka menjelaskan kesalahannya dalam menyampaikan ilmu (yang diakses banyak sekali orang), perlu dipublikasikan juga, agar sikap ghuluw tadi hilang, dan orang- orang bisa menyikapi sang da’i secara wajar.

Ini bukan menjatuhkan sang da’i, atau karena iri, hasad, dengki, dan berbagai tuduhan lainnya yang kadang dilontarkan orang, tapi demi kebaikan bersama, kebaikan bagi sang da’i, kebaikan bagi followers-nya, juga kebaikan bagi peminat kajian Islam secara keseluruhan.

Adapun urusan hati si pengkritik, itu bukan urusan saya maupun anda. Kita hanya melihat dan menilai yang zhahir saja, sedangkan sisi batin, kita serahkan pada Allah ta’ala.

Leave a Reply