Meniti Jalan Para Ulama - Blog Pribadi Muhammad Abduh Negara

Fikrah

Diin Adalah Identitas Tertinggi Kita

Oleh: Muhammad Abduh Negara

Kita lahir dari suku, bangsa, ras, warna kulit, warna rambut dan bentuk wajah yang berbeda-beda. Hal ini bukan sesuatu yang bisa kita pilih, kita menerimanya begitu saja saat kita lahir. Karena itu, semua identitas dan ciri ini, pada hakikatnya sama sekali tidak menentukan kemuliaan, kebahagiaan, dan derajat kita. Ia juga tidak menjadi penentu keselamatan kita di akhirat kelak.

Identitas ini semua, sekadar agar kita bisa saling mengenal, karena hanya dengan perbedaan, kita bisa mengenal satu dengan yang lain.

Beda halnya dengan identitas agama. Diin adalah identitas tertinggi kita, yang kita pilih dengan kesadaran sendiri, yang dengannya ditentukan derajat kita di sisi Allah. Yang dengannya, ditentukan selamat tidaknya kita di Hari Akhir kelak. Yang dengannya, dibedakan perilaku kita sebagai hamba Allah dan khalifah-Nya di muka bumi ini, dengan perilaku hewani dan syaithani.

Bahkan, persaudaraan tertinggi antar umat manusia, adalah persaudaraan dalam iman, innamal mu’minuuna ikhwah.

Karena itu, setiap muslim selayaknya menjadikan identitas diin ini sebagai identitas tertingginya, dan persaudaraan dalam agama adalah ikatan persaudaraan yang paling kokoh baginya.

Dengan pemahaman seperti ini, maka selama kita mentauhidkan Tuhan yang sama, selama kita shalat menghadap kiblat yang sama, kita adalah saudara, bahkan kita bagaikan satu tubuh, yang ketika satu anggota tubuh sakit, maka anggota tubuh lain ikut merasakannya, meskipun kita dari suku, bangsa, negeri dan warna kulit yang berbeda.

Karena itu, kita selayaknya peduli terhadap keadaan saudara muslim kita di Filasthin, Afghanistan, Turkistan Timur, Arakan, Sudan, Manado dan berbagai negeri lainnya. Ikatan agama jauh lebih kental dari darah maupun air.

Jangan sampai kita berpikir, “Untuk apa peduli dengan bangsa yang nun jauh di luar sana”. Seorang saudara, sejauh apapun tempatnya, tetaplah saudara.

Leave a Reply