Meniti Jalan Para Ulama - Blog Pribadi Muhammad Abduh Negara

Fikrah

Tradisi Belajar Ilmu Syar’i Punya Kekhasannya Sendiri

Oleh: Muhammad Abduh Negara

Saya temukan di media sosial ini, ada beberapa ustadz yang titel akademiknya ‘cuma’ S1, tapi keilmuannya setara atau bahkan mengungguli banyak ustadz yang bergelar doktor. Hal ini bisa dilihat dari tulisan-tulisan dan muhadharahnya, serta pengakuan para ustadz lain yang mengenalnya.

Di kalangan tradisionalis, ada Gus Baha dan Kiyai Idrus Ramli, yang tidak punya gelar akademik, namun keilmuannya diakui. Anda mungkin tidak setuju dengan beberapa gagasan Kiyai Idrus Ramli, tapi anda tidak semestinya menolak, bahwa beliau punya bacaan dan referensi yang luas.

Di Timur Tengah sana, ada Ath-Tharifi, seorang alim muda salafi, beliau ‘hanya’ punya titel akademik S1, tapi keilmuan dan hafalan beliau terhadap Sunnah dan Atsar, tidak diragukan. Ada lagi yang lebih senior, alim Mauritania, Ad-Dedew (الددو), yang keilmuannya dan kekuatan hafalannya diakui kawan dan lawan, titel beliau ‘hanya’ S2. Kebetulan, dua alim ini, sama-sama tegas terhadap kezaliman orang-orang yang zalim.

Tentu kita tidak pungkiri, banyak juga doktor yang memang benar-benar alim dan keilmuannya diakui.

Poin saya, tradisi belajar ilmu syar’i itu punya kekhasannya sendiri, dan ilmu syar’i tidak hanya bisa didapatkan melalui jalur pendidikan formal. Karena itu, anda tidak layak mengukur keilmuan seseorang hanya dari gelar akademiknya. Bahwa yang S3 pasti lebih berilmu dari S2, yang S2 pasti lebih berilmu dari S1, yang S1 pasti lebih berilmu dari yang tidak punya gelar. Fakta yang ada, mendustakan klaim semacam ini.

Yang mengetahui kapasitas keilmuan seseorang, adalah orang yang alim juga. Yang tahu orang yang alim, adalah orang yang alim juga.

Leave a Reply