Meniti Jalan Para Ulama - Blog Pribadi Muhammad Abduh Negara

Fiqih Syafi'i

Hukum Isbal

Oleh: Muhammad Abduh Negara

Isbal artinya memanjangkan pakaian melebihi mata kaki, baik pakaian itu berupa gamis (الثوب), sarung (الإزار), maupun celana (السروال). Isbal hukumnya makruh, jika tanpa kesombongan. Dan haram jika ditujukan untuk menyombongkan diri.

Dalam “At-Taqrirat As-Sadidah” disebutkan:

الإسبال هو مجاوزة الثوب والإزار والسروال الكعبين، وهو مكروه، ويحرم إن كان بقصد الخيلاء.

Artinya: “Isbal adalah memanjangkan gamis, sarung dan celana melebihi mata kaki, dan hukumnya makruh. Jika ditujukan untuk menyombongkan diri, hukumnya haram.”

An-Nawawi dalam “Syarh Shahih Muslim” menyatakan:

لا يجوز إسباله تحت الكعبين إن كان للخيلاء، فإن كان لغيرها فهو مكروه، وظواهر الأحاديث فى تقييدها بالجر خيلاء تدل على أن التحريم تحريم مخصوص بالخيلاء.

Artinya: “Tidak boleh memanjangkannya di bawah mata kaki, jika itu karena kesombongan. Jika tidak karena sombong, maka ia makruh. Zhahir Hadits-hadits yang ada, yang memberikan taqyid (pembatasan) menyeret pakaian dengan tujuan kesombongan, menunjukkan bahwa pengharaman tersebut adalah pengharaman yang dikhususkan karena kesombongan.”

Wallahu a’lam.

Rujukan:
1. At-Taqrirat As-Sadidah, Qism Al-‘Ibadat, karya Syaikh Hasan bin Ahmad Al-Kaf, Halaman 359, Penerbit Dar Al-‘Ulum Al-Islamiyyah, Surabaya, Indonesia.
2. Shahih Muslim Bi Syarh An-Nawawi, karya Imam An-Nawawi, Juz 14, Halaman 88, Penerbit Muassasah Qurthubah, Kairo, Mesir.

Leave a Reply